RESENSI
BUKU
DOMINASI KARAWITAN GAYA SURAKARTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Identitas
Buku:
·
Judul : Dominasi Karawitan Gaya Surakarta
di Daerah Istimewa Yogyakarta
·
Pengarang :
Kriswanto
·
Penerbit : ISI Press Solo
·
Tahun Terbit : Januari
2008 (cetakan pertama)
·
Tebal Halaman : 172 Halaman
·
Review Buku Halaman : 86-91
I.
ISI
Tinjauan
Balungan Dan Macamnya
1. Balungan
Istilah
balungan sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya balungan
makluk biologis, balungan
sayuran/buah-buahan, balungan rumah, balungan lakon dalam pewayangan, balungan
gending dan lain sebagainya.
Balungan
dalam pengertian kerangka gending dapat diartikan sebagai susunan nada-nada
yang diatur sedemikian rupa sehingga bila dibunyikan menimbulkan suara yang
enak didengar. Pada masing-masing instrumen gamelan dalam menguraikan balungan
memiliki pola permainan yang berbeda-beda satu sama lain. Walaupun
instrumen-instrumen tersebut bebas dalam menguraikan lagu balungan tetapi dibaatasi oleh irama dan laya, semua berjalan
dibawah mkendali instrumen kendang dalam fungsinya sebagai pamurba wirama.
Dalam
menjalankan fungsinya, Sindusawarno menggolongkan instrumen gamelan menjadi dua
yaitu, Instrumen pembawa lagu (pamurba
lagu) yang meliputi instrumen rebab, gender, gambang, bonang, slenthem, demung,
saron, saron penerus, slempung/siter, suling. Adapun instrumen sebagai pembawa
irama (pamurba wirama) meliputi instrumen kendang, kethuk, kempyang, kenong,
kempul, gong dan kecer.
2. Macam Balungan
Dalam
komposisi gending-gending tradisi biasanya terdiri dari beberapa macam bentuk
balungan yang tersusun secara variatif.
Bentuk-bentuk balungan
yang kebanyakan digunakan antara lain:
a) Balungan Mlampah/Mlaku
Bentuk
balungan ini kebanyakan terdapat pada komposisi gending-gending instrumental,
karena jenis sajian ini instrumen pembawa lagu tidak diikutsertakan. Pada
tiap-tiap gatra terisi nada penuh dengan harga nada 1 (satu).
Misalnya
pada Ladrang Tebu Seuyun Laras Slendro Pathet Nem.
b) Balungan Ndawahi/Nibani
Balungan
ndawahi kebanyakan terdapat pada komposisi gending dalam bentuk inggah. Namun
bukan berarti pada bagian lagu pokok tidak terdapat balungan ndawahi ini. Pada
tiap-tiap gatra dalam tabuhan ndawahi hanya berisi dua nada, yaitu pada posisi
hitungan genap.
Misalnya
pada Ketawang Puspawarna Laras Slendro
Pathet Manyura dan masih banyak contoh-contoh lainnya.
c) Balungan Ngadhal
Balungan
ngadhal adalah balungan dimana nada-nada dalam setiap gatra mempunyai harga nada
setengah atau kelipatannya.
Misalnya
pada balungan Ladrang Kembang Kates Laras Pelog Pathet Nem.
d) Balungan Mlesed
Balungan
mlesed ini terjadi apabila sedsudah nada seleh (dong) terdapat nada kembar pada
gatra berikutnya. Dalam komposisi gending tradisi jenis balungan ini banyak
terdapat pada bentuk-bentuk merong maupun ngelik. Misalnya balungan pada
Ladrang Wilujeng Laras Slendro Pathet Manyura pada bagian ompak.
e) Balungan Pin Mundur
Balungan
pin mundur adalah balungan dimana dalam satu gatra atau lebih terdapat dua nada
yang terletak pada posisi hitungan ganjil. Dalam komposisi gending-gending
balungan ini jarang ditemui. Misalnya pada balugan Gending Gati Kuda Laras
Pelog Pathet Barang pada bagian gong terakhir.
f) Balungan Nggantung
Balungan
nggantung adalah balungan pin yang terdapat pada satu gatra atau lebih, namun
rasa musikalnya tetap mengikuti nada seleh (dong) pada gatra sebelumnya. Jenis
balungan ini banyak ditemui pada bentuk merong maupun ngelik. Misalnya pada
Ketawang Langen Gita Laras Slendro Pathet Sanga pada bagian ngelik.
II.
KESIMPULAN
Setelah saya membaca dan memahami
isi buku ini menurut saya keunggulan dari buku ini dapat memberikan informasi
dan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai beberapa hal tentang gamelan
dan beberapa hal didalamnya.
Kelemahan dari buku ini menurut
saya sebagian gambar tidak jelas karena gambar dalam buku tidak berwarna, ada
beberapa halaman yang kebalik, banyak kata-kata asing yang jarang ditemui
sehingga sebagai pembaca awam sulit memahami artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar